Di Rumah Sakit Patut Patuh Patju di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), transformasi besar sedang berlangsung. Petugas kesehatan tidak hanya merawat pasien, mereka juga membentuk masa depan layanan kesehatan bagi ibu dan anak. Tokoh terdepan dalam perubahan ini adalah Ibu Desak, seorang bidan yang telah mendedikasikan hampir 30 tahun pada profesi ini.
Site: https://theultimatejournal.com/
Komitmen Desak didorong oleh banyaknya kematian bayi yang ia saksikan. “Dulu sepertinya kematian bayi hanyalah takdir,” kenangnya. “Tetapi sekarang, kami sangat berhati-hati, bahkan terhadap masalah terkecil sekalipun.”
Taruhannya tinggi. Pada tahun 2023 sendiri, NTB melaporkan 76 kematian ibu (85,4%) dan 631 kematian neonatal (94,2%) di rumah sakit, yang sebagian besar sebenarnya dapat dicegah. Sebagai rumah sakit besar yang melayani populasi besar dan menerima rujukan ibu dan bayi dari berbagai kabupaten di NTB, RS Patut Patuh Patju menjadi keharusan untuk mengubah arah.
Rumah sakit ini beralih ke pendekatan yang dikenal sebagai Point of Care Quality Improvement (POCQI), yang diperkenalkan oleh UNICEF pada tahun 2019 (https://www.unicef.org/indonesia/health/stories/small-fixes-big-changes), yaitu digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Tim layanan kesehatan mengidentifikasi isu-isu spesifik yang memengaruhi pelayanan ibu dan bayi, memeriksa akar penyebab masalah-masalah tersebut dan mengembangkan solusi praktis. Mereka terus menilai dampak perubahan tersebut.
Ibu Desak, anggota penting Komite Mutu Rumah Sakit Patut Patuh Patju, memimpin upaya sehari-hari secara cermat untuk memantau dan mengevaluasi layanan. Apa yang dimulai di unit ibu dan bayi baru lahir telah berkembang dan diaplikasikan pada setidaknya tujuh departemen di rumah sakit, semuanya berkomitmen pada satu tujuan: menyelamatkan nyawa.
Hasilnya telah mengubah hidup. “Kami biasa melihat begitu banyak infeksi setelah operasi caesar,” kenang Desak. “Para ibu sering kali harus melakukan operasi perbaikan yang tidak perlu, sehingga menambah beban fisik dan keuangan mereka.
Desak dan timnya mengidentifikasi penyebab utama tantangan-tantangan ini dan fokus pada peningkatan kualitas yang sederhana dan efektif untuk mengatasinya. “Kami telah mengurangi infeksi pasca operasi caesar dari 3,3 persen pada tahun 2021 menjadi 0,3 persen pada tahun 2023, dan hampir menghilangkan kebutuhan akan operasi perbaikan,” katanya.
Perjalanan ini bukan tanpa tantangan. Dia dan timnya menghadapi penolakan dari rekan-rekannya ketika mereka pertama kali memperkenalkan langkah-langkah baru tersebut. “Awalnya banyak yang menolak karena menganggapnya sebagai pekerjaan tambahan,” ujarnya. “Tetapi ketekunan dan upaya berkelanjutan kami membuat banyak staf rumah sakit secara bertahap ikut serta dan percaya bahwa pendekatan ini benar-benar membantu.”
Kepemimpinan direktur rumah sakit, Dr. Suryadi, sangatlah penting. Di bawah bimbingannya, peningkatan kualitas telah menjadi bagian inti dari budaya rumah sakit, dengan beberapa tim pendukung yang berdedikasi kini tersedia. Peningkatan kualitas bahkan menjadi salah satu ukuran untuk menentukan insentif kinerja bagi staf.
“POCQI memungkinkan kami memberikan perawatan terbaik bagi pasien, terutama dalam mengurangi angka kematian ibu dan anak,” kata Dr. Suryadi. “Kami bangga banyak rumah sakit yang datang kepada kami untuk belajar bagaimana menerapkan peningkatan kualitas, seperti dari Papua dan Maluku. Pesan saya kepada rumah sakit lain, khususnya di luar Lombok, kita harus terus berbenah.”
Pasien seperti Nurhayani, 27 tahun, juga menyadari perbedaannya. “Dulu, ketika saya membawa ibu saya ke sini, dia tidak mendapatkan perawatan yang berkualitas dan proses administrasinya lambat. Sekarang, segalanya telah berubah drastis.”
Keberhasilan inisiatif peningkatan kualitas telah membuat rumah sakit ini mendapatkan beberapa penghargaan dari Kementerian Kesehatan. Ibu Desak dan timnya telah diakui secara nasional dan diundang untuk mendukung pengembangan pedoman nasional baru untuk peningkatan kualitas fasilitas layanan kesehatan di seluruh Indonesia.
“Inisiatif ini telah membantu meningkatkan kualitas layanan, yang juga membantu mendapatkan akreditasi yang lebih baik,” kata Arif, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat. “Saat ini, dua rumah sakit di Lombok Barat telah mendapatkan status akreditasi tertinggi dan kami berharap seluruh fasilitas kesehatan di NTB akan mengikuti.".
Dampak dari pekerjaan ini telah melampaui rumah sakit (RSUD Tripat). UNICEF telah mendukung Kementerian Kesehatan dalam melaksanakan implementasi peningkatan kualitas, dengan melakukan uji coba pendekatan ini di 52 rumah sakit di seluruh Indonesia. Berdasarkan keberhasilan uji coba ini, Kementerian kini bersiap untuk memperluasnya ke seluruh fasilitas kesehatan di negara ini.
Bagi Ibu Desak, tugas ini lebih dari sekedar pekerjaan – ini adalah sebuah misi. Dan apa yang ia lakukan ini merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan kesehatan ibu dan anak di Indonesia. “Anak-anak adalah harapan masa depan kita,” kata Abdi, Kepala Dinas Kesehatan Lombok Barat. “Hidup kita tidak akan selamanya, tapi Indonesia akan terus maju, dan kemajuan itu bergantung pada kesehatan anak-anak kita.”